Kabupaten Karangasem di sisi timur Pulau Bali, adalah tempat di mana Garam Amed dibuat. Para petani garam di Amed memproduksi garam dengan cara tradsional seperti yang dilakukan leluhur mereka sejak dahulu.
Jika kebanyakan cara produksi garam di beberapa daerah di Indonesia dilakukan dengan cara menjemur / mengkristalkan air laut di atas tanah, maka yang dilakukan petani garam di Amed berbeda. Di sini, air laut dijemur dalam batang kelapa yang sudah berumur puluhan tahun (rata-rata 20-30 tahun), yang mereka sebut sebagai “palungan”. Air laut dibiarkan 4-7 hari sampai membentuk kristal-kristal garam.
Garam amed sudah ada lebih dari 500 tahun lalu dan dijadikan upeti untuk Raja Karangasem kala itu. Garam amed ini memiliki tekstur agak kasar bila dibandingkan dengan garam dapur biasa. Sementara warnanya tak berbeda dari kebanyakan, yakni putih bersih. Rasanya yang tidak memiliki after taste pahit menjadikan garam ini popular di antara chef dan pecinta kuliner.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan garam amed sebagai salah satu dari sembilan warisan budaya Bali menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Bersama makanan dan minuman khas Bali, yakni arak bali, serombotan, dan jaja laklak, ketetapan ini tertuang dalam Surat Kemendikbudristek Indonesia Nomor 414/P/2022 tentang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2022. Selain itu, Garam Amed juga sudah terdaftar dalam Indikasi Geografis.
Kualitas produk bahan pangan di Indonesia saat ini tidak kalah dengan kualitas produk dari negeri lain. Contohnya adalah Garam Amed Bali ini. Marilah kita sama-sama mendukung Garam Amed agar tetap Lestari dan semakin dikenal di dunia.
Referensi:
Garam Amed Masyhur di Dunia, Terlupakan di Indonesia – Medcom.id
Garam murni Amed produk lokal bernilai tinggi – Disbudpar Karangasem (karangasemkab.go.id)
https://tourism.karangasemkab.go.id/data/garam-murni-amed-produk-lokal-bernilai-tinggi/
No comments yet.